Wednesday, January 9, 2013

Tanjung Pinang

So yeah, for this year's Christmas holiday, my dad and mom decided to take a long trip to Singapore. Yes, I did say it, LONG. Despite the fact that you can travel from Jakarta to Singapore for only 2 hours using an air plane, they chose to travel from Tanjung Pinang, then to Batam, and then Singapore. A long and not very comfortable route. But that was fine, since that gave me the chance to travel to the other side of Indonesia.

So we departed on December 24th last year. Our flight was at 8.30, so we had to wake up early. The day before, me, my mom, and my lil sis got an accident. Luckily (or not?) we're still alive, but, hell, my body wrecked. I got a hard time waking up, but somehow managed to do it. We went to Soekarno-Hatta International Airport (CGK), took care of those check-ins etc, and waited at the lounge. To keep it short, at 8.20 or around that, departure called, and there we went.

Compared to Changi, or Narita, or Hong Kong, I always thought that Soekarno-Hatta was quiet sucks. But when I arrived at Tanjung Pinang's airport, Raja Haji Fisabilillah, well, Soekarno-Hatta looked just like Changi. To put it short, my first impression about this airport was, "Is this a fucking airport? You gotta be kidding me.". Only one entrance, one reel for baggage claim, and then, tadah, the exit. It was not an airport, you could just say it 'airport'. I was too amazed that I didn't take a picture. It would be better if you see it with your very own eyes.

Enough about the airport, let's just talk about the island. Actually, Tanjung Pinang is my old man's homeland. He grew up here until... 12 yo, then he moved to Palembang, then to Bandung. So this trip was not only for vacation, but some kind of nostalgia for him. We were picked up by a driver from my mom's co-worker, then, following my old man's lead, we drove around the city. Tanjung Pinang was like some kind of China Town. Go there and see Chinese, Chinese everywhere (that was a favourite joke between me and my bro, even though we're both Chinese too). We went to eat Ta Mi* (supposed to be 'Mie Pangsit' in Indonesian, but hey, we're in China Town!) and Fish soup. It was delicious! I enjoyed it!

After that, we went to a relative house. A bit family chit chat, and whatsoever, then they suggested us to see some pagodas around. I was very interested in Buddhism, so it was a pretty good idea for me. Then, first, we went to a pagoda in Batu Empat Belas*. I have a very weird fetish towards temples, pagodas, Buddhas, etc. So I took lots of photos. Here's some!



somehow I LOVE this dragon statue

Buddha listening for prayers

in real, this is very beautiful

three headed Buddha

my favourite, Swastika symbol, which is rare to find


the gorgeous dragon pillar


here's the gate
And so, that was Batu Empat Belas. The place was pretty, and somehow serene... there weren't too many people there. Guess nobody's interested in visiting Pagodas, haha. Well, after that, we went to some kind of park, with some statues in it. The statues weren't very pretty, but they were interesting, since they were from 'The Journey to The West'. The Park wasn't a remarkable place (I even forgot the name), but here's some photos.


Buddha, and swastika

Buddha with lots of hands

Cu Pat Kai and the white horse

inside the caged bath, there were turtles



After this place, we went to a somewhere called Patung seribu, which means 1000 statues. Well, in this place, there were sure lots of statues. Just like the 300.000 (or around that number) statues temple in Japan. This is probably the most interesting place that I've been in Tanjung Pinang. Some of the priest statues had very funny facial expressions! I'll show you some!

i found this is hard not to laugh at

the middle one was.. very photogenic

like some MLM seller


line of laughable priests

beautiful


the uninstalled statues
Overall, I found that Tanjung Pinang wasn't that fascinating. Well, the story would be different if I stayed at Bintan resort (a goddamnly expensive resort, that was preserved for foreigners. They even use SGD as the currency. Hey, this IS Indonesia!). But if you love foods (esp. Chinese food). Well, do come here! Maybe in the middle of your trip to Singapore, just like me and my family did.

Saturday, August 25, 2012

Pelarian 2 : Pantai Mainstream

Jadi, ini cerita libur kemerdekaan saya kemarin, Tanggal 17 Agustus - 20 Agustus kemarin, saya dan keluarga, beserta tante dan sepupu-sepupu saya dari Bandung pergi berlibur bersama. Sebenernya, setiap tahun kami memang selalu ada agenda liburan bersama dengan tujuan yang selalu sama juga. Tetapi, sudah sekitar 4 atau 5 tahunan agenda itu tidak dijalankan. Tahun ini baru berjalan lagi, liburan bersama ke Pantai Carita.

Kalau baca post sebelumnya tentang saya ke Karimun Jawa, ke Carita ini rasanya gak ada apa-apanya kalau dibandingin. Kalau Karimun Jawa masih ada bersentuhan dengan alam, kalau Carita ini memang murni pantai wisata. Kegiatannya ya cuma leyeh-leyeh di pantai, berenang, itu pun ga jauh-jauh banget, cuma berenang cetek, mainan ombak. Itupun gak asik tahun ini, karena ombaknya kecil, dan di pantainya BANYAK BANGET UBUR-UBUR. Berenang juga jadi was was. Takut pas pulang bentol-bentol. Untungnya sih saya tidak kena sengat sama sekali (probably those jellyfishes love me), tapi sepupu dan adik-adik saya kena.

3 hari ada di sana, rasa-rasanya boring beneran. Bingung nggak tau mau ngapain. Jalan-jalan ya cuma ada warung, pasir, pantai, nothing much. Paling mending ya pas naik banana boat sama jetski. Itupun mahal harganya. Mau tanning tapi kok ya banyak alay jadi males. Mana banyak banget pedagan kelilingnya, jadi gak tenang. Komersil banget deh, jadi kalau mau liburan ke pantai yang emang beneran pantai, saya nggak menyarankan Carita. Tapi kalau kepepet dan emang susah dan jauh kalau mau libur keluarga ke pantai, ya bolehlah.

Intinya, emang bukan libur ideal dan pantai ideal saya, tapi tidak ada salahnya untuk mencari sisi positif dari semua yang ada, kan? Saya senang saya bisa dapat henna yang saya impikan (karena saya belum bisa bikin tattoo permanen). Saya senang bisa ketawa-tawa sama saudara saya (yang sebenarnya saya juga males kumpul bersama). Setidaknya tidak buruk-buruk banget, lah,


my over-cute brother


baywatch brother

tatto time! it's my cousin btw.

my tattoo! Hindu's "om"

my name

Saturday, August 11, 2012

Pelarian 1 : Negeri Bawah Laut

Sebenarnya tempat yang saya datangi ini sudah agak mainstream dan mungkin sudah tidak seindah waktu orang-orang pertama kesana. Tapi di mata saya yang masih awam, tempat ini menurut saya sangat indah, apalagi saat saya mengarungi bawah lautnya. Bercengkrama dengan ikan dan memandangi terumbu karang.

Tempat apakah ini?

Mari ikuti pelarian saya perlahan-lahan.

di manakah saya?

Tanggal 29 Agustus, saya dan teman-teman mendarat di Semarang, tanpa babibu lagi, kami langsung naik mobil sewaan menuju Jepara. Di sana, kami menginap di Hotel Segoro. Hotelnya murah dan nyaman, lumayan bersih. Letaknya juga lumayan dekat dari pelabuhan, sekitar 10 atau 15 menit naik becak. Di seberang hotelnya persis ada sebuah taman kecil, dan di sekitarnya ada tukang nasi goreng tektek, sate, dll. Jadi kami makan malam di sana, mengobrol dan tertawa-tawa. Sekitar pukul 11, kami semua kembali ke kamar masing-masing untuk tidur. Tapi saya dan teman sekamar saya tidak bisa tidur, dan menyalakan televisi. Agak-agak shock juga saya waktu melihat ada channel HBO. HBO, loh saudara-saudara, di sebuah kota macam Jepara, dan film-nya itu Inception. Leonardo Di Caprio di Jepara. Lucu juga. Tapi ya... HBO di Jepara tentu berbeda dengan HBO di Jakarta. Jadi, Inception yang kami tonton itu berbahasa Indonesia. Leonardo, Ellen, Joseph, semua bicara dalam bahasa Indonesia, yang lucunya, berbeda dengan subtitle yang muncul terus di bawah. Saya sibuk tertawa-tawa doang akhirnya.

Besoknya, kami diminta oleh Mas Inggar, tour leader kami untuk berkumpul di Pelabuhan Kartini pukul 9 pagi. Jadi kami bangun jam 6, beres-beres dan sarapan, lalu mencari becak dari depan hotel dan meluncur menuju Pelabuhan Kartini. Sampai di sana, kami langsung absen ke Mas Inggar, dan diberitahu bahwa kapal baru akan jalan pukul 10.30, jadi kami diberi waktu untuk jalan-jalan melihat Pelabuhan Kartini. Sebenernya saya mau ngecengin bule gondrong ganteng (selera saya banget) yang duduk tidak jauh dari kami, tapi ternyata ada pacarnya... Jadi yasudah deh. Setelah jalan-jalan dan photo session, kami dipanggil dan disuruh naik ke kapal Bahari Express. Perjalanan akan memakan waktu sekitar 2 jam, jadi saya dan teman-teman menenggak sebutir Antimo agar tidak mabuk laut. Selama perjalanan, kami semua jatuh tertidur (tapi sempet ambil foto laut dari jendela juga sih). Begitu bangun, kami telah tiba di...

KARIMUN JAWA



Turun dari kapal, kami langsung dibawa ke penginapan kami, Homestay Hamfah. Kami tiba sekitar pukul 14.00, menentukan kamar, unpacking, lalu jalan-jalan. Saya pikir, begitu tiba di Karimun Jawa saya bisa langsung nyemplung ke pantai, berenang sampai saya tumbuh insang. Tapi ternyata... di pulau utama Karimun Jawa tidak ada apa-apa... pantai yang ada digunakan sebagai pelabuhan, jadi tidak bisa berenang. Mas Inggar menyarankan kami untuk ke dermaga dan melihat sunset. Selanjutnya tidak ada lagi. Ya kali masa dari jam 3 sore sampai besok, kerja kami cuma nontonin matahari terbenam? Saya dan teman-teman keliling-keliling dan coba cari hiburan. Tapi ya nggak ada. Kata ibu-ibu warung pun orang di pulau ini ya kerjanya cuma bisa jalan-jalan. Tidak ada kegiatan lain. Mati. Setelah melihat sunset (yang biasa aja). Kami pun makan malam di alun-alun. Ya lumayanlah, ada makanan dan pemandangan, jadi gak garing-garing banget. Setelah itu jam 9 malam (iya saudara-saudara, JAM 9 MALAM) kami pulang dan tidur.



Hari kedua, kami  baru mulai petualangan kami, island hopping. Kami naik boat dan menuju ke pulau pertama, Menjangan Kecil. Di situ kami snorkling dipandu Mas Inggar dan Ical, awak kapal kacau yang sekaligus bertugas jadi juru foto.


Penderitaan kemarin naik kapal, dan pagi dengan segala insidennya langsung terlupakan. Alam bawha lautnya BAGUS BANGET. Terumbu karangnya bagus, warna warni, dan ikannya lumayan banyak. Kita berenang-berenang, foto-foto di bawah air (sama ikan), dan ketawa-tawa. Menjelang jam 12, kita disuruh naik kapal dan menuju ke daratan. Di situ kita makan siang sama-sama, sambil ngobrol sama Mas Inggar yang baik dan gak segan cerita soal pengalamannya ke kita semua. Setelah makan, kita diangkut lagi untuk snorkling di tempat lain. Yah, pemandangannya tetep bagus, tapi ya sama sama aja. Kita juga dikasih liat Pulau Gosong, yaitu pulau yang isinya cuma pasir doang, dan nongol pas laut surut. Pas jalan kita disuruh hati-hati, soalnya katanya suka ada ikan pari. Kesabet ekornya, yang pulang ke Jakarta nama saya doang nanti. Kata Ical, Pulau Gosong itu cuma buat memuaskan hasrat para narsis, buat foto-foto. Saya gak gitu doyan foto, jadi saya sama seorang teman, malah lari ngejer ikan yang kebawa ombak ke deket kita. Tapi gak ada yang ketangkep juga tuh.
Pulau Gosong
mencari ikan

Selanjutnya kita ke Pulau Cemara Besar. Tempatnya kayak stranded island banget, pasir, pohon, tidak ada apa-apa. Kesana juga cuma buat foto-foto. Daripada foto, saya sama seorang lagi, lebih memilih untuk melaksanakan tugas mulia, yaitu tanning. Kami berdua, dia bak putri duyung dan saya bak dugong darat, berbaring di atas pasir menantang matahari. Baru sebentar baringan, eh kita dipanggil Ical mau jalan ke tempat selanjutnya. Capek hati.

stranded Island, Cemara Besar

Tujuan selanjutnya itu Pulau Ujung Gelam. Sebelumnya kita sempat snorkeling dulu, tempatnya lebih dalam dan lebih bagus, tapi ombaknya gede. Pertama kali saya mabuk laut di dalam laut. Sayang banget.

ikannya sadar kamera


btw, ini saya cerita tidak runut waktu, malas juga soalnya, saya sudah lupa-lupa inget. Pulau berikutnya (yang jelas harinya sudah berbeda), kita ke Pulau Menjangan Besar, tempat penangkaran hiu! Yes! Ini kegiatan yang saya paling tunggu! Saya tidak sabar berenang bersama hiu! Tadinya saya pikir bakal seru dan deg-degan, tapi ternyata biasa saja. Hiunya gak ganas kalau cium darah (kalo iya cuma nama sama bagasi saya yang pulang ke Jakarta), bahkan malu kalau ketemu manusia, malah kabur. Kecewa.

para hiu pemalu

Bosan sama hiu pemalu, saya balik ke kapal, dan kebetulan salah seorang awak lagi membelah bulu babi. Saya baru tahu bulu babi bisa dimakan mentah-mentah (cupu). Kegiatan selanjutnya kami pesta daging bulu babi. Enak :9.

Intinya, kalau ke Karimun Jawa, kegiatannya ya paling cuma main di pantai, snorkeling, dan mentok-mentok (kalau bisa) scuba diving. Kalau tidak bisa berenang, tidak suka ikan, dan laut, saya sangat menyarankan tidak kesini. Karena ya cuma itu aja kerjaannya. Kegiatan di daratnya itu super garing, cuma gleparan di pantai, main pasir, tanning, atau gak ngalor ngidul tidak jelas. Tapi bila anda pecinta laut dan suka bermain dengan ikan. Karimun Jawa pilihan yang tepat untuk didatangi! Dengan dana yang tidak terlalu besar, tapi kebahagiaan yang didapat besar!